Kamis, 16 Juni 2011

Penelitian Tindakan Kelas = Kuantitatif

Penelitian Tindakan Kelas atau yang lebih kita kenal dengan PTK, akhir-akhir ini sering menjadi perbincangan dari pihak pendidik terutama pendidik yang mengajar di Perguruan Tinggi (swasta/negeri). Sangat menarik, karena melalui PTK kita dapat memperbaiki dan pengembangan profesi kita sebagai pendidik untuk ke depannya.

Konsep pemahaman mengenai PTK sangat banyak bahkan beragam, namun tetap saja memiliki karakteristik dan tujuan yang sama.

Karakteristik dan tujuan PTK adalah: (1) Memecahkan masalah, (2) Meningkatkan mutu (guru dan siswa), (3) Masalah yang diteliti adalah masalah yang rill atau nyata, (4) Konsep dalam PTK diterapkan melalui urutan yang terdiri dari beberapa tahap berdaur ulang (siklus), (5) Menerapkan tindakan tertentu untuk memperbaiki, (6) Pengkajian terhadap dampak tindakan yang sebelumnya dilakukan, (6) Kolaborator, (7)Refleksi.

Jika sebuah penelitian tidak mengindahkan satu di antara karakteristik dan tujuan dari PTK di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian tersebut bukan lah PTK yang sebenarnya.

Saya rasa, setiap pendidik mengetahui dan memahami hal tersebut. Namun, pada kenyataan justru sebaliknya. Masih ada sebagian pendidik yang salah mengartikan PTK, bahkan menyamakannya dengan kuantitatif. Mengapa demikian, karena mereka menganggap dalam PTK yang menjadi sumber data utama hanyalah siswa, sehingga hasil penelitian terfokus pada hasil tes unjuk kerja siswa. Dengan kata lain, observasi dan kolaborator tidak dibutuhkan. Jika menggunakan observasi terhadap guru, mereka menganggap justru hal tersebut menguji kompetensi guru. Siklus tidak difokuskan, sehingga pertanyaan penelitian diajukan dengan kata "APAKAH", apalagi menggunakan hipotesis tindakan. Sebagian mengganggap, dengan menggunakan istilah hipotesis berarti penelitian itu mengutamakan statistik (angka-angka), jadi tidak perlu data kualitatifnya.

Sungguh sangat disayangkan, kita seorang pendidik yang seharusnya memperbaiki yang salah tetapi NGOTOT dengan yang salah tersebut agar dibenarkan.

Tidak salahnya jika kita ragu akan sesuatu kita kembali merujuk ke buku atau bertanya pada seseorang yang ahli di bidang tersebut.

Jika terus seperti ini, tidak hanya berdosa telah mengajarkan yang salah tetapi tanpa kita sadari kita telah menjerumuskan calon-calon pendidik ke jurang kehancuran.

Referensi:
Kunandar.2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Press
READ MORE - Penelitian Tindakan Kelas = Kuantitatif